NATAL adalah KELAHIRAN
(Pdt. Dasilva H. Sondakh)
Matius 13:1-9
Natal diartikan sebagai hari kelahiran Yesus Kristus, dan hampir di seluruh dunia menyambutnya dengan semarak. Pohon natal, berbagai macam hiasan, dan kado-kado mulai dipajang. Sesungguhnya kelahiran Yesus sudah dinubuatkan dalam kitab Yesaya 9:5, “Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putra telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai.”
Pada masa sebelum Yesus lahir, bangsa Israel berada dibawah pimpinan kerajaan Romawi. Oleh karena itu, rakyat Israel menanti-nantikan kelahiran Yesus, yang mereka harapkan akan menjadi seorang raja yang dapat memerintah dengan adil dan mendatangkan kedamaian. Namun sebenarnya, Allah mempunyai rencana yang jauh lebih besar daripada apa yang dipikirkan oleh bangsa Israel. Yesus memang tidak menjadi seorang raja dalam pemerintahan manusia, tetapi Ia adalah Raja segala raja, yang memerintah atas seluruh dunia. Yesus lahir untuk membawa damai dan keselamatan bagi seluruh umat manusia (Mat. 1:21).
Seorang raja tentunya tinggal dalam sebuah kerajaan. Sebagai umat Tuhan, kita tentunya ingin hidup bersama Yesus dalam Kerajaan Sorga. Kerajaan Sorga berbicara tentang hidup yang penuh sukacita, damai sejahtera, dan tentunya hidup yang diberkati. Namun untuk dapat tinggal dalam Kerajaan Sorga, kita harus dapat menerima firman Kerajaan Sorga. Sebagai orang Kristen, kita sering mendengar penyampaian firman Tuhan, tetapi tidak semua orang mau menerimanya. Dalam perikop yang kita baca, ada beberapa jenis tanah yang menggambarkan keadaan hati manusia.
1. Tanah pinggir jalan (ay. 4,19)
Pinggir jalan berbicara tentang panca indera. Orang yang mendengar firman dengan hati yang keras, sehingga tidak mengerti akan firman yang sudah didengarnya dan kemudian menolak firman itu. Ibarat kata, firman Tuhan masuk telinga kanan, keluar telinga kiri. Akibatnya tidak ada buah yang dihasilkan.
2. Tanah berbatu-batu (ay. 5-6,20-21)
Berbatu-batu = kerikil, sekalipun kecil dapat membuat orang tersandung. Orang yang mendengar firman, tetapi dalam hatinya ada rasa iri, cemburu, tidak suka melihat orang lain diberkati. Orang seperti ini mendengar firman supaya hidupnya diberkati, bahkan minta agar diberkati melebihi orang lain. Biasanya mereka memilih firman yang ingin mereka dengar, termasuk siapa yang menyampaikan firman. Mereka tidak suka mendengar firman yang menegur atau menasihati. Akibatnya tidak ada buah yang dihasilkan.
3. Tanah bersemak duri (ay. 7,22)
Orang yang mendengar firman, tetapi hatinya mudah kuatir. Saat masalah datang, timbul rasa takut, ragu, dan kuatir. Akibatnya firman yang didengar tidak tumbuh, bahkan dikalahkan kekuatiran. Orang seperti ini adalah tipe orang yang masih berkompromi dengan dunia. Jika masalah yang dihadapi belum memiliki jalan keluar, padahal mereka sudah berdoa, maka mereka akan mencari jalan sendiri seperti yang dilakukan orang dunia, sekalipun hal itu bertentangan dengan firman Tuhan. Akibatnya tidak ada buah yang dihasilkan.
4. Tanah yang baik (ay. 8,23)
Tanah bagi sebagian orang identik dengan sesuatu yang kotor. Bahkan ada yang merasa jijik jika tangan atau kakinya terkena tanah. Sedangkan kata “baik” dalam bahasa yunani adalah “Kalos” yang berarti bermoral, berkualitas, berguna, menguntungkan, menjadi indah. Tanah yang mengandung kotoran, daun-daun yang busuk, dan banyak cacing adalah tanah yang subur, dimana tanaman dapat tumbuh baik dan menghasilkan banyak buah.
Bagi dunia, orang yang hidup sesuai dengan firman Tuhan dianggap sebagai kotoran atau tidak berguna. Namun jika kita tetap setia mendengar firman Tuhan, maka firman itu akan menjadi pupuk yang menyuburkan tanah hati kita, sehingga hati kita menjadi indah dan menghasilkan banyak buah.
Tuhan menginginkan kita memiliki tanah hati yang baik, yaitu hati yang tulus, sehingga firman Tuhan dapat tumbuh dan menghasilkan buah yang banyak. Ciri hati yang baik adalah suka mendengar firman Tuhan, mempercayainya, menerima dan melakukan firman yang didengar (Maz. 1:1-3).
Di hari natal ini, janganlah kita hanya disibukkan oleh kegiatan menghias dan menghadiri perayaan-perayaan natal yang meriah. Baiklah kita mempersiapkan kado yang terindah bagi Tuhan Yesus, yaitu hati kita. Milikilah hati yang baik, hati yang tulus mengasihi dan menjadi tempat firman Tuhan bertumbuh dan berbuah. Amin. (Pdt. Dasilva H. Sondakh)