Dialah Segalanya
“Siapa gerangan ada padaku di surga selain Engkau? Selain Engkau tidak ada yang kuingini di bumi. Sekalipun dagingku dan hatiku habis lenyap, gunung batuku dan bagianku tetaplah Allah selama-lamanya.” (Mazmur 73:25-26)
Keadaan maupun goncangan yang terjadi di sekeliling kita sering membuat kita tidak bisa melihat kebaikan Tuhan. Padahal Tuhan mau supaya kita tetap menjadi orang yang setia memuji Dia dalam segala waktu. Susah maupun senang, biarlah kerinduan kita yang utama adalah untuk menyembah Dia.
Pemazmur sanggup mengatasi pergumulan yang ada, sehingga akhirnya dia mengakui bahwa hanya Tuhanlah yang menjadi bagian hidupnya untuk selama-lamanya. Tetapi ada beberapa proses yang dialami oleh pemazmur:
1. MAZMUR 73:2-14
Orang-orang di luar Tuhan kelihatannya sangat mujur dan bahagia. Mereka hidup tanpa kesulitan ataupun kesusahan. Mereka mempunyai lebih dari apa yang mereka inginkan. Padahal mereka menentang Allah.
Kebalikan dengan pemazmur yang selalu dihina, diperas maupun ditentang. Pemazmur pun merasa sia-sia dalam mempertahankan hati yang bersih.
Hal ini sering menimpa setiap orang yang percaya kepadaNya. Tetapi bukankah kita dipanggil untuk mengikut Dia dan memikul salib-Nya (Luk. 14:27)?
2. MAZMUR 73:15-20
Pemazmur sampai kepada tingkat dimana dia masuk dalam hadirat Allah. Dia melihat kesudahan dari orang-orang fasik. Ada penghukuman bagi orang-orang fasik.
Sudut pandang pemazmur diubahkan saat dia masuk dalam hadirat Allah. Biarlah kita senantiasa menjaga hubungan kita dengan Allah, sehingga sudut pandang kita juga senantiasa selaras dengan sudut pandang Allah.
3. MAZMUR 73:21-28
Saat pemazmur tetap dekat dengan Tuhan, bukan berarti keadaan langsung berubah seketika. Tetapi justru kita sendiri yang akan diubahkan oleh Tuhan. Kita akan diangkat masuk ke dalam kemuliaanNya. Sehingga tidak ada hal lain yang lebih besar, yang kita ingini, selain Yesus. Sekalipun keadaan tidak seperti yang kita inginkan, tetapi mata hati kita tetap tertuju kepada Allah. Hanya Dia yang kita inginkan, jauh melebihi segalanya.
Biarlah hanya Yesus yang menjadi pusat kehidupan kita. Jangan biarkan keadaan apapun mengalihkan perhatian kita dari kebaikan Allah. Tetap tinggikan Yesus di atas segalanya.
Jangan iri kepada keberhasilan orang-orang di luar Tuhan. Berkat telah Tuhan sediakan bagi orang yang setia kepadaNya. Bina keintiman dengan Tuhan setiap waktu. Utamakan Yesus dalam segala hal, dalam apapun kegiatan/pekerjaan yang kita lakukan.
“Sesungguhnya Allah itu baik bagi mereka yang tulus hatinya, bagi mereka yang bersih hatinya.”
Mazmur 73:1
Di mana Perabot Anda?
Ada seorang pengembara tiba di sebuah negeri di Timur Tengah. Orang ini mendengar ada seorang bijaksana di negeri itu, dan ingin menemuinya. Pria bijaksana itu dikenal saleh, dan baik hati sehingga sangat dikasihi banyak orang. Untuk itu tidak sulit menemukan pria bijaksana itu. Ketika pengembara itu bertanya dimana rumahnya, setiap orang yang ditemuinya langsung menunjuk ke arah ujung perkampungan dimana berdiri sebuah gubuk reyot.
Ketika ia mengetuk pintu gubuk itu, muncul seorang pria tua yang mempersilahkan ia masuk. Pengembara itu sangat terkejut mendapati bahwa pria bijaksana itu tinggal di gubuk reyot yang isi rumahnya hanyalah sebuah meja, sebuah kursi, satu kompor dan alat memasak saja.
Karena merasa tidak nyaman, pengembara itu bertanya, “Dimana perabot rumah Anda?”
Orangtua tadi balik bertanya dengan lembut, “Mana milik Anda?”
“Tentu saja di rumah saya. Kan saya sedang merantau, tidak mungkin saya membawa perabotan saya,” jawab pengembara itu.
“Saya juga,” jawab orangtua yang bijak itu. “Saya kan sedang merantau di dunia ini.”
Apakah Anda sadar bahwa kita sebenarnya perantau di dunia ini? Rumah kita adalah di sorga, dimana Yesus sedang menyiapkannya bagi kita. Namun banyak orang saat ini melupakan bahwa diri mereka adalah perantau sehingga yang mereka sibukkan adalah mengumpulkan harta di dunia ini. Pada hal pada akhirnya semua harta dunia itu tidak dapat mereka bawa ketika tiba saat untuk pulang ke rumah Bapa di Sorga. (RHKER’S)
Saudara-saudaraku yang kekasih, aku menasihati kamu, supaya sebagai pendatang dan perantau, kamu menjauhkan diri dari keinginan-keinginan daging yang berjuang melawan jiwa. (1 Petrus 2:11)