Kemerosotan Fisik
Bukan Alasan untuk Tawar Hati
“Sebab itu kami tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari.”
(2 Korintus 4:16)
Billy Graham baru berusia 21 tahun ketika ia memulai pelayanannya di sebuah gereja kecil di Illinois, negara bagian Amerika Serikat. Semangatnya untuk melayani begitu menyala-nyala. Billy bahkan mengelola program khusus di radio, dan turut mendirikan Youth for Christ (Kaum Muda Untuk Kristus). Selanjutnya, Billiy Ghraham mulai melakukan perjalanan mengabarkan Injil berkeliling ke seluruh Amerika dan Eropa. Tercatat dua miliar lebih orang telah mendengar khotbahnya, baik secara langsung, maupun melalui radio dan televisi.
Saat usianya memasuki 88 tahun, tubuhnya memang tidak sekuat dulu, tetapi semangatnya tetap berkobar. Bahkan, selama lima belas tahun terakhir ia harus berjuang melawan penyakit parkinsonnya, sebuah penyakit yang mengganggu cara kerja fungsi saraf. Ia juga terkena pneumonia, cairan di otak, dan kanker prostat. Semua itu tidak menghalangi seorang Billy Graham untuk terus berkarya. Baginya, dalam keadaan apa pun tidak ada kata kendor untuk melayani Tuhan.
Paulus juga mengalami kemerosotan fisik; karena penganiayaan yang dialaminya dan karena penyakit yang dideritanya. Namun, ia tidak tawar hati. Dalam 2 Kor. 4:8-9, Paulus berani berkata: “Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa; kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, kami dihempaskan, namun tidak binasa.” Paulus tidak menganggap kelemahan fisiknya sebagai penghalang untuk terus memberitakan Injil Kristus. Sebab ia menganggap penderitaannya di dunia sebagai hal yang ringan dan mengarahkan perhatiannya pada hal yang lebih berharga, yaitu kemuliaan dalam hidup yang kekal bersama Yesus Kristus.
Di dalam dunia ini, pasti ada saat tubuh jasmani kita semakin merosot; entah karena sakit yang mendera, ataupun karena usia yang beranjak tua. Kita tidak dapat mengelak. Dalam keadaan demikian yang bisa kita lakukan adalah menjaga agar tubuh batiniah atau jiwa rohani kita tidak ikut-ikutan merosot, yaitu dengan berpikir positif dan tetap berpengharapan di dalam Tuhan. Dengan begitu, kita akan selalu mengucapkan rasa syukur; tetap dapat menikmati hari-hari kita, serta tetap dapat berkarya bagi Tuhan dan sesama. Tuhan Yesus memberkati. Amin. (Dikirimkan oleh: Stevanus Evandra - PemuJa Agape)