Masih Ada Harapan
Roma 5:1-5
Dalam bukunya “Through the Valley of the Kwai” (Melalui Lembah Kwai), Ernest Gordon, seorang petugas kepolisian Skotlandia menulis tentang kehidupannya sebagai tahanan perang selama Perang Dunia II. Seorang pria dengan tinggi sekitar 2m yang menderita malaria, difteri, tifus, beri-beri, disentri, dan luka borok di sekujur tubuhnya. Ia harus mengerjakan pekerjaan yang berat dengan keadaan makanan yang tidak layak mengakibatkan berat badannya kurang dari 46kg.
Keadaan rumah sakit penjara yang kotor dan terlantar, mendorong Ernest yang putus asa untuk minta dipindahkan ke tempat yang lebih bersih, yaitu kamar mayat. Ia berbaring di lantai kamar mayat, ia menunggu untuk mati. Tetapi setiap hari, sesama napi datang untuk membersihkan luka-lukanya dan menyuruhnya menghabiskan makanan yang disediakan untuknya. Napi itu bernama Dusty Miller. Ia seorang yang tenang dan sederhana. Ia terus merawat Ernest sampai kesehatannya pulih. Saat mengunjungi Ernest, Dusty Miller selalu bercerita tentang imannya kepada Tuhan dan menunjukkan kepada Ernest bahwa di tengah-tengah penderitaan masih ada harapan.
Pengharapan yang kita baca dalam Alkitab bukanlah pengharapan yang samar-samar, yang dapat berubah karena keadaan. Sebaliknya, pengharapan dalam Alkitab adalah pengharapan yang kuat dan yakin bahwa apa yang Allah sudah janjikan dalam firmanNya akan Ia genapi. Kesengsaraan atau masalah seringkali menjadi pendorong untuk memunculkan ketekunan, karakter yang kuat menghadapi kesulitan, dan harapan. “Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan. Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita.” (Roma 5:3-4).
Tujuh puluh tahun lalu, di sebuah kamp tahanan perang yang brutal, Ernest Gordon belajar kebenaran ini melalui pengalamannya sendiri, sehingga ia dapat berkata, "Iman dapat bertumbuh ketika tidak ada harapan lain selain Allah sendiri.” Seperti Roma. 8:24-25 katakan, “Sebab kita diselamatkan dalam pengharapan. Tetapi pengharapan yang dilihat, bukan pengharapan lagi; sebab bagaimana orang masih mengharapkan apa yang dilihatnya? Tetapi jika kita mengharapkan apa yang tidak kita lihat, kita menantikannya dengan tekun.” (odb-tdm)