Kamis, 21 Juli 2011

MENCAPAI KESEMPURNAAN HIDUP

oleh Simon Petrus pada 18 Juli 2011 jam 10:05
(Ayub 42:17)
“Maka matilah Ayub, tua dan lanjut umur”

Dalam tafsiran Perjanjian Lama kata tua dan lanjut umur artinya adalah ”dimana Ayub bukan hanya diberikan Tuhan umur yang panjang tetapi dia juga diberkati dengan luar biasa sampai akhir hidupnya.” Hal ini saya simpulkan bahwa Ayub mencapai kesuluruhan kesempurnaan hidup. Seperti yang telah kita ketahui Ayub pada awalnya seorang yang diberkati Tuhan, tetapi dia pernah mengalami kekandasan dalam hidupnya bahkan dia menderita sakit kulit yang membuat dia akan dijauhi oleh orang lain dan yang menarik dari kisah Ayub ialah dia dapat bertahan sampai penderitaannya berlalu yang akhirnya Tuhan pun memulihkan hidupnya lebih dari sebelumnhya.
Mungkin kita pernah mengalami penderitaan seperti yang dialami oleh Ayub tetapi itu tidak menjadi penghalang bagi kita untuk dapat mencapai kesempurnaan hidup. Tentunya semua kita pasti rindu punya pengalaman yang indah seperti Ayub, bahwa Tuhan bekerja bukan setengah-setengah pada hidup Ayub. Nah, yang menjadi pertanyaan penting adalah bagaimana caranya supaya kita dapat mencapai kesempurnaan hidup?
1. Mengikut Tuhan dengan benar (ayat 7)
42:7 Setelah TUHAN mengucapkan firman itu kepada Ayub, maka firman TUHAN kepada Elifas, orang Téman: "Murka-Ku menyala terhadap engkau dan terhadap kedua sahabatmu, karena kamu tidak berkata benar tentang Aku seperti hamba-Ku Ayub.
Disini Tuhan menyatakan murka-Nya kepada sahabat-sahabat Ayub karena mereka berpikiran yang tidak benar terhadapa Tuhan. Mereka menganggap bahwa penderitaan yang dialami Ayub itu tidak pantas bagi orang yang dikasihi Tuhan. Tetapi lewat pengalaman ini kita boleh sadari bahwa Tuhan tidak pernah berjanji bahwa orang percaya tidak akan mengalami masalah tetapi Tuhan berjanji Tuhan menyatakan kuasa-Nya dalam setiap masalah orang-orang percaya.
Dan Ayub sekalipun dia menderita dan kehilangan segala sesuatunya tetapi dia mampu berkata kepada Tuhan "Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencana-Mu yang gagal.”saya yakin benar bahwa ungkapan ini hanya mampu diungkapkan orang-orang yang mengikut Tuhan dengan benar.
Penderitaan yang dialami Ayub bukanlah penderitaan yang ringan, bahkan tidak banyak orang meninggalkan Tuhan ketika diperhadapkan dengan hal seperti ini. Tetapi Ayub tetap mengikut Tuhan dengan benar (Ayub  1:22) Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dan tidak menuduh Allah berbuat yang kurang patut.” Jadi, kalau kita kita rindu mencapai kesempurnaan hidup dalam kesempatan yang kita miliki ini marilah kita mengikut Tuhan dengan benar karena Tuhan hanya mendengarkan permohonan orang yang sungguh-sungguh pada-Nya.

2. Hidup mengampuni (ayat 8-9)
”Oleh sebab itu, ambillah tujuh ekor lembu jantan dan tujuh ekor domba jantan dan pergilah kepada hamba-Ku Ayub, lalu persembahkanlah semuanya itu sebagai korban bakaran untuk dirimu, dan baiklah hamba-Ku Ayub meminta doa untuk kamu, karena hanya permintaannyalah yang akan Kuterima, supaya Aku tidak melakukan aniaya terhadap kamu, sebab kamu tidak berkata benar tentang Aku seperti hamba-Ku Ayub."
Maka pergilah Elifas, orang Téman, Bildad, orang Suah, dan Zofar, orang Naama, lalu mereka melakukan seperti apa yang difirmankan TUHAN kepada mereka. Dan TUHAN menerima permintaan Ayub.
Kalau kita mengamati ayat ini, disini Tuhan menyuruh ketiga sahabat Ayub supaya membawa persembahan kepada Ayub dan Ayub nanti akan berdoa untuk sahabatnya. Nah, saya menafsirkan ayat ini bahwa maksud Tuhan di situ adalah supaya sahabat-sahabatnya datang kepada Ayub menyesali apa yang sudah mereka ucapkan kepada Ayub selama Ayub dalam penderitaan. Dan akhir ayat 9 dikatakan ”dan Tuhan menerima permintaan Ayub” kalimat ini sangat jelas membuktikan kepada kita, tidak mungkin doa Ayub sampai dan diterima Allah jika Ayub tidak mengampuni sahabat-sahabatnya itu dalam Matius 5:24 berkata; ’tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu” inilah yang dilakukan Ayub ketika sahabat-sahabatnya datang mengahampiri Ayub lalu dia berdoa kepada Tuhan untuk sahabat-sahabatnya.
Bagaimana kita dapat berdoa bagi orang yang sudah menghina kita, menjauhi kita, bahkan tidak peduli lagi kepada kita saat kita mengalami kesusahan jika kita tidak punya kasih yang dapat mengampuni?  Inilah yang perlu ada dalam hidup kita jika kita rindu untuk dapat mencapai kesempurnaan hidup.
Jadi hal yang menonjol dari bagian ini adalah bahwa bagaimana kita harus selalu hidup dengan dapat mengampuni orang lain supaya doa kita diterima Tuhan. Saudara apa yang menjadi doa saudara saat ini? Hiduplah mengampuni maka Tuhan akan mendengar dan menjawab doa saudara.

3. Menjadi berkat bagi orang lain (ayat 10)
”Lalu TUHAN memulihkan keadaan Ayub, setelah ia meminta doa untuk sahabat-sahabatnya, dan TUHAN memberikan kepada Ayub dua kali lipat dari segala kepunyaannya dahulu”
Menjadi berkat bagi orang lain bukanlah gampang karena dibutuhkan pengorbanan. Tetapi Ayub tahu persis melakukan yang berkenan di hadapan Tuhan. Ayub dalam ayat ini dijelaskan bahwa dia mampu menjadi berkat bagi sahabat-sahabatnya sedangkan dia dalam keadaan menderita. Satu hal yang sangat luar biasa yang menjadi praktek hidup Ayub sehingga Tuhan pun memulihkan hidupnya hingga dua kali lipat dari yang dahulu yaitu dia menjadi berkat bagi teman-temannya dari mana kita dapat tahu dari doa-doa Ayub.
Seberapa banyak di antara kita yang memilika hati rela memberkati orang lain meskipun kita dalam keadaan diberkati? Tidak sedikit dari orang-orang Kristen sekarang ini yang siap memberkati orang lain dari apa yang ada padanya walaupun hanya doa saja. Tetapi Ayub saat susah sekalipun dia mampu menjadi berkat bagi orang lain yaitu DOA.
Melalui kisah Ayub ini saya yakin dan percaya jika kita mau belajar dan melakukan seperti yang dilakukan oleh Ayub ini maka kita sebagai orang percaya akan mengalami pemulihan dari Tuhan, berkat dari Tuhan, dan mampu mencapai kesempurnaan hidup. Tuhan Yesus Memberkati.


Minggu, 17 Juli 2011

Kemerosotan Fisik
Bukan Alasan untuk Tawar Hati


“Sebab itu kami tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari.”
(2 Korintus 4:16)

Billy Graham baru berusia 21 tahun ketika ia memulai pelayanannya di sebuah gereja kecil di Illinois, negara bagian Amerika Serikat. Semangatnya untuk melayani begitu menyala-nyala. Billy bahkan mengelola program khusus di radio, dan turut mendirikan Youth for Christ (Kaum Muda Untuk Kristus). Selanjutnya, Billiy Ghraham mulai melakukan perjalanan mengabarkan Injil berkeliling ke seluruh Amerika dan Eropa. Tercatat dua miliar lebih orang telah mendengar khotbahnya, baik secara langsung, maupun melalui radio dan televisi.
Saat usianya memasuki 88 tahun, tubuhnya memang tidak sekuat dulu, tetapi semangatnya tetap berkobar. Bahkan, selama lima belas tahun terakhir ia harus berjuang melawan penyakit parkinsonnya, sebuah penyakit yang mengganggu cara kerja fungsi saraf. Ia juga terkena pneumonia, cairan di otak, dan kanker prostat. Semua itu tidak menghalangi seorang Billy Graham untuk terus berkarya. Baginya, dalam keadaan apa pun tidak ada kata kendor untuk melayani Tuhan.
Paulus juga mengalami kemerosotan fisik; karena penganiayaan yang dialaminya dan karena penyakit yang dideritanya. Namun, ia tidak tawar hati. Dalam 2 Kor. 4:8-9, Paulus berani berkata: “Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa; kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, kami dihempaskan, namun tidak binasa.” Paulus tidak menganggap  kelemahan fisiknya sebagai penghalang untuk terus memberitakan Injil Kristus. Sebab ia menganggap penderitaannya di dunia sebagai hal yang ringan dan mengarahkan perhatiannya pada hal yang lebih berharga, yaitu kemuliaan dalam hidup yang kekal bersama Yesus Kristus.
Di dalam dunia ini, pasti ada saat tubuh jasmani kita semakin merosot; entah karena sakit yang mendera, ataupun karena usia yang beranjak tua. Kita tidak dapat mengelak. Dalam keadaan demikian yang bisa kita lakukan adalah menjaga agar tubuh batiniah atau jiwa rohani kita tidak ikut-ikutan merosot, yaitu dengan berpikir positif dan tetap berpengharapan di dalam Tuhan. Dengan begitu, kita akan selalu mengucapkan rasa syukur; tetap dapat menikmati hari-hari kita, serta tetap dapat berkarya bagi Tuhan dan sesama. Tuhan Yesus memberkati. Amin. (Dikirimkan oleh: Stevanus Evandra - PemuJa Agape)

Rabu, 13 Juli 2011

Retreat PemuJa di Trawas tgl 1 s/d 3 Juli 2011

Sabtu, 09 Juli 2011

PERENUNGAN MAKNA PERJAMUAN KUDUS

Pada perjamuan malam terakhir, Kristus menghendaki kita merayakan perjamuan kudus untuk mengenangNya. Mengenang Kristus berarti mengalami kehadiranNya seperti murid-muridNya dahulu mengalami kehadiranNya bersama mereka. Mengenang Kristus juga berarti menyadari secara pribadi seluruh kehidupan Kristus yang diberikanNya bagi keselamatan dunia, sejak Ia lahir, melayani, menderita sengsara, mati, dibangkitkan, dan dimuliakan di surga.
Marilah kita merenungkannya. Pertama, apakah kita benar-benar rindu untuk berjumpa secara pribadi dengan Kristus, untuk mengalami kasih, kuasa, dan kebenaranNya yang memperbaharui hidup kita? Kedua, apakah kita menghayati bahwa seluruh kehidupan dan karya Kristus, yaitu kelahiranNya, pelayananNya, penderitaanNya, kematianNya, kebangkitanNya, kenaikanNya ke surga, sampai dengan kedatanganNya kembali, berkaitan erat dengan kehidupan kita?
Pada perjamuan malam terakhir, ketika Kristus memecah roti dan mengangkat cawan, Ia membagikan tubuh dan darahNya kepada murid-muridNya. Menerima tubuh dan darahNya berarti dipersatukan dengan Kristus sehingga Ia menjadi Kepala dan kita adalah tubuhNya. Menerima tubuh dan darahNya berarti dipersatukan dengan semua orang yang juga menerimaNya, menjadi satu tubuh dan satu roh.
Marilah kita merenungkannya. Pertama, apakah kita menghayati bahwa Kristus adalah Kepala atas seluruh kehidupan kita, dalam hidup berjemaat dan bermasyarakat, dalam keluarga dan pekerjaan kita? Kedua, apakah kita menghayati bahwa kita adalah anggota tubuh Kristus, yang saling mengasihi seorang terhadap yang lain?
Ketika kita bersatu dengan Kristus, Roti Hidup yang dipecah-pecahkan bagi dunia ini, kita pun dipersatukan dalam kematian dan kebangkitan Kristus. Dipersatukan dengan Kristus berarti diutus untuk mengosongkan dan menyangkal diri, memikul salib dan mengikut Kristus. Dipersatukan dengan Kristus berarti diutus untuk memberi hidup kita demi keselamatan dunia.
Marilah kita merenungkannya. Pertama, apakah dalam persekutuan dengan Kristus, kita mau berkorban bagi sesama kita? Kedua, apakah kita me-nyadari bahwa sebagai anggota tubuh Kristus di tengah-tengah dunia, kita menjadi mata dan telinga bagi Kristus, yang melihat dan mendengarkan, serta peduli terhadap kebutuhan dan masalah sesama kita? Sudahkah kita menjadi mulut bagi Kristus yang menyuarakan kebenaran dan keadilan dalam lingkungan kita? Sudahkah kita menjadi tangan bagi Kristus yang berkarya memperjuangkan damai sejahtera di manapun kita berada?
Kiranya Roh Kudus menolong kita dalam mempersiapkan diri untuk merayakan setiap Perjamuan Kudus yang kita ikuti. (gki) 


UCAPAN TERIMA KASIH

Segenap Pengurus PemuJa & Panitia Retreat PemuJa 2011 mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
- Kel. Bpk. Gembala                                  - Kel. Bpk. Willy Sutikno
- Kel. Bpk. Totok Suhadi                           - Kel. Bpk. David Irooth
- Kel. Bpk. Kahar Reppy                           - Kel. Bpk. Dhian Candra
- Kel. Bpk. Chandra Tanuwijaya               - Kel. Bpk. Billy Tehubijuluw
serta seluruh jemaat GPdI AGAPE yang telah memberikan dukungan, baik berupa doa, tenaga, dan materi, sehingga Retreat PemuJa 2011 dapat terselenggara de-ngan luar biasa. Tuhan Yesus memberkati. 


JADWAL IBADAH SEPEKAN
 
DOA PAGI
Senin - Sabtu, , Pkl. 04.00 WIB
Tempat : Gereja GPdI Agape Jl. Taruna

MEDZBAH KELUARGA
Senin, 11 Juli 2011, Pkl. 19.00 WIB
Pelayanan Konseling & Doa Kunjungan
Mohon menghubungi Bp. Gembala ( : 8555930

DOA PUJIAN & PENYEMBAHAN
Selasa, 12 Juli 2011, Pkl. 19.00 WIB
Tempat : Gereja GPdI Agape Jl. Taruna
Pemimpin pujian : Ibu Kahar

IBADAH KAUM WANITA 
Rabu, 13 Juli 2011, Pkl. 19.00 WIB
Tempat : Gereja GPdI Agape Jl. Taruna

IBADAH PRIA AGAPE
Kamis, Minggu I & III,  Pkl. 19.00 WIB
Tempat : Gereja GPdI Agape Jl. Taruna

IBADAH FAMILY AGAPE
Jumat, 15 Juli 2011, Pkl. 19.00 WIB
- FA 1 :  Koord. Pdt Jeane Arina - ( : 031 - 8555930
  Tempat : Kel. Ibu Yuharto PWI II Blok B-17
- FA 2 :  Koord. Bp. Bambang - ( : 031 - 8534484
  Tempat : Kel. Ibu Panggabean, Taman Aloha C-3 No.1
   
DOA PUASA UMUM
Sabtu, , Pkl. 15.00 WIB
Tempat : Gereja GPdI Agape Jl. Taruna
(Bagi Pelayan Ibadah Raya diwajibkan untuk hadir)

Ibadah pemuda & remaja 
Sabtu, 16 Juli 2011, Pkl 18.30 WIB

Ibadah RAYA UMUM
Minggu, 17 Juli 2011, Pkl  07.00 & 16.00 WIB
(Disertai Perjamuan Kudus)

AGAPE KIDZ
Minggu, 17 Juli 2011, Pkl  10.00 WIB


TUHAN YESUS MEMBERKATI

Jumat, 08 Juli 2011


Masih Ada Harapan

Roma 5:1-5

Dalam bukunya “Through the Valley of the Kwai” (Melalui Lembah Kwai), Ernest Gordon, seorang petugas kepolisian Skotlandia menulis tentang kehidupannya sebagai tahanan perang selama Perang Dunia II. Seorang pria dengan tinggi sekitar 2m yang menderita malaria, difteri, tifus, beri-beri, disentri, dan luka borok di sekujur tubuhnya. Ia harus mengerjakan pekerjaan yang berat dengan keadaan makanan yang tidak layak mengakibatkan  berat badannya kurang dari 46kg.
Keadaan rumah sakit penjara yang kotor dan terlantar, mendorong Ernest yang putus asa untuk minta dipindahkan ke tempat yang lebih bersih, yaitu kamar mayat. Ia berbaring di lantai kamar mayat, ia menunggu untuk mati. Tetapi setiap hari, sesama napi datang untuk membersihkan luka-lukanya dan menyuruhnya menghabiskan makanan yang disediakan untuknya. Napi itu bernama Dusty Miller. Ia seorang yang tenang dan sederhana. Ia terus merawat Ernest sampai kesehatannya pulih. Saat mengunjungi Ernest, Dusty Miller selalu bercerita tentang imannya kepada Tuhan dan menunjukkan kepada Ernest bahwa di tengah-tengah penderitaan masih ada harapan.
Pengharapan yang kita baca dalam Alkitab bukanlah pengharapan yang samar-samar, yang dapat berubah karena keadaan. Sebaliknya, pengharapan dalam Alkitab adalah pengharapan yang kuat dan yakin bahwa apa yang Allah sudah janjikan dalam firmanNya akan Ia genapi. Kesengsaraan atau masalah seringkali menjadi pendorong untuk memunculkan ketekunan, karakter yang kuat menghadapi kesulitan, dan harapan. “Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan. Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita.”  (Roma 5:3-4).
Tujuh puluh tahun lalu, di sebuah kamp tahanan perang yang brutal, Ernest Gordon belajar kebenaran ini melalui pengalamannya sendiri, sehingga ia dapat berkata, "Iman dapat bertumbuh ketika tidak ada harapan lain selain Allah sendiri.” Seperti Roma. 8:24-25 katakan, “Sebab kita diselamatkan dalam pengharapan. Tetapi pengharapan yang dilihat, bukan pengharapan lagi; sebab bagaimana orang masih mengharapkan apa yang dilihatnya? Tetapi jika kita mengharapkan apa yang tidak kita lihat, kita menantikannya dengan tekun.” (odb-tdm)


tanya jawab

Pengikut