oleh Simon Petrus pada 18 Juli 2011 jam 10:05
“Maka matilah Ayub, tua dan lanjut umur”
Dalam tafsiran Perjanjian Lama kata tua dan lanjut umur artinya adalah ”dimana Ayub bukan hanya diberikan Tuhan umur yang panjang tetapi dia juga diberkati dengan luar biasa sampai akhir hidupnya.” Hal ini saya simpulkan bahwa Ayub mencapai kesuluruhan kesempurnaan hidup. Seperti yang telah kita ketahui Ayub pada awalnya seorang yang diberkati Tuhan, tetapi dia pernah mengalami kekandasan dalam hidupnya bahkan dia menderita sakit kulit yang membuat dia akan dijauhi oleh orang lain dan yang menarik dari kisah Ayub ialah dia dapat bertahan sampai penderitaannya berlalu yang akhirnya Tuhan pun memulihkan hidupnya lebih dari sebelumnhya.
Mungkin kita pernah mengalami penderitaan seperti yang dialami oleh Ayub tetapi itu tidak menjadi penghalang bagi kita untuk dapat mencapai kesempurnaan hidup. Tentunya semua kita pasti rindu punya pengalaman yang indah seperti Ayub, bahwa Tuhan bekerja bukan setengah-setengah pada hidup Ayub. Nah, yang menjadi pertanyaan penting adalah bagaimana caranya supaya kita dapat mencapai kesempurnaan hidup?
1. Mengikut Tuhan dengan benar (ayat 7)
42:7 Setelah TUHAN mengucapkan firman itu kepada Ayub, maka firman TUHAN kepada Elifas, orang Téman: "Murka-Ku menyala terhadap engkau dan terhadap kedua sahabatmu, karena kamu tidak berkata benar tentang Aku seperti hamba-Ku Ayub.
Disini Tuhan menyatakan murka-Nya kepada sahabat-sahabat Ayub karena mereka berpikiran yang tidak benar terhadapa Tuhan. Mereka menganggap bahwa penderitaan yang dialami Ayub itu tidak pantas bagi orang yang dikasihi Tuhan. Tetapi lewat pengalaman ini kita boleh sadari bahwa Tuhan tidak pernah berjanji bahwa orang percaya tidak akan mengalami masalah tetapi Tuhan berjanji Tuhan menyatakan kuasa-Nya dalam setiap masalah orang-orang percaya.
Dan Ayub sekalipun dia menderita dan kehilangan segala sesuatunya tetapi dia mampu berkata kepada Tuhan "Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencana-Mu yang gagal.”saya yakin benar bahwa ungkapan ini hanya mampu diungkapkan orang-orang yang mengikut Tuhan dengan benar.
Penderitaan yang dialami Ayub bukanlah penderitaan yang ringan, bahkan tidak banyak orang meninggalkan Tuhan ketika diperhadapkan dengan hal seperti ini. Tetapi Ayub tetap mengikut Tuhan dengan benar (Ayub 1:22) ”Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dan tidak menuduh Allah berbuat yang kurang patut.” Jadi, kalau kita kita rindu mencapai kesempurnaan hidup dalam kesempatan yang kita miliki ini marilah kita mengikut Tuhan dengan benar karena Tuhan hanya mendengarkan permohonan orang yang sungguh-sungguh pada-Nya.
2. Hidup mengampuni (ayat 8-9)
”Oleh sebab itu, ambillah tujuh ekor lembu jantan dan tujuh ekor domba jantan dan pergilah kepada hamba-Ku Ayub, lalu persembahkanlah semuanya itu sebagai korban bakaran untuk dirimu, dan baiklah hamba-Ku Ayub meminta doa untuk kamu, karena hanya permintaannyalah yang akan Kuterima, supaya Aku tidak melakukan aniaya terhadap kamu, sebab kamu tidak berkata benar tentang Aku seperti hamba-Ku Ayub."
Maka pergilah Elifas, orang Téman, Bildad, orang Suah, dan Zofar, orang Naama, lalu mereka melakukan seperti apa yang difirmankan TUHAN kepada mereka. Dan TUHAN menerima permintaan Ayub.
Kalau kita mengamati ayat ini, disini Tuhan menyuruh ketiga sahabat Ayub supaya membawa persembahan kepada Ayub dan Ayub nanti akan berdoa untuk sahabatnya. Nah, saya menafsirkan ayat ini bahwa maksud Tuhan di situ adalah supaya sahabat-sahabatnya datang kepada Ayub menyesali apa yang sudah mereka ucapkan kepada Ayub selama Ayub dalam penderitaan. Dan akhir ayat 9 dikatakan ”dan Tuhan menerima permintaan Ayub” kalimat ini sangat jelas membuktikan kepada kita, tidak mungkin doa Ayub sampai dan diterima Allah jika Ayub tidak mengampuni sahabat-sahabatnya itu dalam Matius 5:24 berkata; ’tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu” inilah yang dilakukan Ayub ketika sahabat-sahabatnya datang mengahampiri Ayub lalu dia berdoa kepada Tuhan untuk sahabat-sahabatnya.
Bagaimana kita dapat berdoa bagi orang yang sudah menghina kita, menjauhi kita, bahkan tidak peduli lagi kepada kita saat kita mengalami kesusahan jika kita tidak punya kasih yang dapat mengampuni? Inilah yang perlu ada dalam hidup kita jika kita rindu untuk dapat mencapai kesempurnaan hidup.
Jadi hal yang menonjol dari bagian ini adalah bahwa bagaimana kita harus selalu hidup dengan dapat mengampuni orang lain supaya doa kita diterima Tuhan. Saudara apa yang menjadi doa saudara saat ini? Hiduplah mengampuni maka Tuhan akan mendengar dan menjawab doa saudara.
3. Menjadi berkat bagi orang lain (ayat 10)
”Lalu TUHAN memulihkan keadaan Ayub, setelah ia meminta doa untuk sahabat-sahabatnya, dan TUHAN memberikan kepada Ayub dua kali lipat dari segala kepunyaannya dahulu”
Menjadi berkat bagi orang lain bukanlah gampang karena dibutuhkan pengorbanan. Tetapi Ayub tahu persis melakukan yang berkenan di hadapan Tuhan. Ayub dalam ayat ini dijelaskan bahwa dia mampu menjadi berkat bagi sahabat-sahabatnya sedangkan dia dalam keadaan menderita. Satu hal yang sangat luar biasa yang menjadi praktek hidup Ayub sehingga Tuhan pun memulihkan hidupnya hingga dua kali lipat dari yang dahulu yaitu dia menjadi berkat bagi teman-temannya dari mana kita dapat tahu dari doa-doa Ayub.
Seberapa banyak di antara kita yang memilika hati rela memberkati orang lain meskipun kita dalam keadaan diberkati? Tidak sedikit dari orang-orang Kristen sekarang ini yang siap memberkati orang lain dari apa yang ada padanya walaupun hanya doa saja. Tetapi Ayub saat susah sekalipun dia mampu menjadi berkat bagi orang lain yaitu DOA.
Melalui kisah Ayub ini saya yakin dan percaya jika kita mau belajar dan melakukan seperti yang dilakukan oleh Ayub ini maka kita sebagai orang percaya akan mengalami pemulihan dari Tuhan, berkat dari Tuhan, dan mampu mencapai kesempurnaan hidup. Tuhan Yesus Memberkati.
