Selasa, 15 Februari 2011


Warisan Yang Tak Ternilai


“Dengarlah, hai orang Israel: Tuhan itu Allah kita, Tuhan itu esa! Kasihilah Tuhan Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu. Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun.”
Ulangan 6:4-7

Cara kita hidup dan cara kita mempengaruhi keluarga kitalah yang menjadi hal yang penting bagi orang yang hidup di dalam Tuhan. Bila cara kita hidup hanya berpusat pada diri sendiri dan melayani diri sendiri, maka mungkin kita hanya mewarisi hal-hal yang bersifat materi saja bagi keluarga maupun keturunan kita. Tetapi jika cara hidup kita berpusat pada orang lain dan untuk menolong kebutuhan orang lain, maka kita akan mewarisi suatu peninggalan yang akan lebih bersifat tak ternilai dan abadi.
Peninggalan terbesar yang bisa kita warisi adalah hidup yang berpusat pada Allah. Dalam Perjanjian Lama, Allah memberikan perintah kepada bangsa Israel:

1. KASIHILAH TUHAN ALLAHMU
“Dengarlah, hai orang Israel: Tuhan itu Allah kita, Tuhan itu esa! Kasihilah Tuhan Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu. Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan” (Ul. 6:4-6)
Dengar firman-Nya, perhatikan apa yang menjadi ketetapan-Nya. Kalau kita benar-benar mengasihi Tuhan, maka kita akan melakukan segenap perintah-Nya. Dengan melakukan segenap firman-Nya, maka diri kita akan memberikan teladan bagi keluarga maupun keturunan kita. Semua itu harus dimulai dari diri sendiri.

2. AJARKAN BERULANG-ULANG
“haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun.” (Ul. 6:7)
Iman timbul dari pendengaran, pendengaran akan Firman Tuhan (Rm 10:17).
Anggota keluarga kita tidak akan mengerti ataupun tidak akan tahu mengenai firman Tuhan jika kita tidak pernah membicarakan dan mengajarkannya. Ajarkan firman Tuhan berulang-ulang, kapan dan di mana saja kita berada. Setiap firman yang ditabur tidak akan jatuh dengan sia-sia (Yes 55:11).

Tuhan tidak hanya memerintahkan bangsa Israel untuk melakukan firman-Nya pada jaman itu. Tetapi Tuhan juga menginginkan anak-anak-Nya pada jaman ini untuk melakukan hal yang sama, yaitu mengasihi Dia dengan segenap hati dan mengajarkannya pada keluarga maupun keturunannya untuk melakukan hal yang sama.
Hal ini merupakan warisan yang tak ternilai harganya, yang abadi dari generasi ke generasi dan menyenangkan Allah hingga ke dalam kekekalan.
Lakukan firmanTuhan, praktekkan dalam hidup kita masing-masing. Ajarkan firman Tuhan kepada anggota keluarga kita berulang-ulang, kapan dan di mana saja kita berada. (Riva Sinjal- Pelita Hidup)

Rabu, 09 Februari 2011


TIDAK MENGHIRAUKAN

Zakharia 1:1-6

“……Tetapi mereka tidak mau mendengarkan dan tidak mau menghiraukan Aku, demikianlah firman TUHAN.”
(Zakharia 1:4b)

Ada beberapa kata dalam bahasa Ibrani yang mewakili kata mendengar. Dua diantaranya adalah qashab dan azan. Kedua kata ini memiliki pengertian harfiah yang mirip, yakni “memberikan telinga” untuk mende-ngar dan memperhatikan. Juga berhubungan dengan kata “taat dan me-ngambil tindakan”. Jadi, bukan sekadar mendengar, melainkan juga memperhatikan dengan saksama dan menanggapinya dengan ketaatan serta tindakan.
Salah satu dosa nenek moyang bangsa Israel yang diungkapkan oleh Zakharia adalah “tidak mendengar”. Bahkan tidak juga berarti “masuk telinga kanan, keluar telinga kiri”, sebab itu pun masih termasuk aktivitas mendengar walau tidak memperhatikan dan menaati. Dosa nenek moyang Israel adalah tidak menghiraukan. Mereka tidak menggubris firman Tuhan, mengabaikan dan menganggapnya tidak penting. Itulah yang membuat mereka tidak mau berbalik kepada Tuhan.
Ada tiga kelompok orang berkaitan dengan aktivitas mendengar. Pertama, orang yang mendengar dan memperhatikan lalu menanggapinya de-ngan ketaatan. Kedua, orang yang mendengar, tetapi setelah itu lupa apa yang didengar. Ketiga, orang yang sama sekali tidak menghiraukan. Termasuk kelompok manakah Anda? Cara paling mudah untuk menilainya adalah tatkala kita sedang mendengarkan firman Tuhan dalam ibadah. Apakah kita antusias mendengarkan firman Tuhan karena membutuhkannya sebagai petunjuk hidup kita? Atau, kita hanya mendengar lalu lupa setelah keluar dari pintu gereja?  (Rian Yovindra-RH)

KITA TIDAK DAPAT MEMISAHKAN KORELASI ANTARA
MENDENGAR, MEMPERHATIKAN, MENTAATI, DAN BERTINDAK

tanya jawab

Pengikut