“Aku melalui ladang seorang pemalas dan kebun anggur orang yang tidak berakal budi. Lihatlah, semua itu ditumbuhi onak, tanahnya tertutup dengan jeruju, dan temboknya sudah roboh.”
(Amsal 24:30-31)
Seorang pemilik rumah sedang menata rumah barunya, dan ia melihat halaman rumahnya penuh dengan batu-batu bekas pembangunan. Setelah menyingkirkan batu-batu itu, sang pemilik rumah membeli tanah untuk membuat taman, menanam beberapa pohon dan rumput jepang, serta mulai menyiraminya. Beberapa minggu kemudian halaman itu penuh dengan tanaman hijau yang tertata rapi dan rumput hijau bagaikan karpet. Namun, selang beberapa waktu, ia mulai menelantarkannya sehingga tumbuhlah tanaman berduri dan rumput liar.
Hal itu tidak jauh berbeda dengan hati kita. Sebelum menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, hati kita sangat kotor dan penuh dosa. Lalu kita undang Yesus maasuk dalam hati, sedikit demi sedikit kita mulai membersihkan hati kita. Kita membuatnya menjadi hati yang gembur dan siap ditaburi oleh Firman Tuhan. Bahkan beberapa waktu kemudian, kita mulai merasakan pertumbuhan dan buah dari iman kita.
Suatu ketika, kita lalai menjaga hati kita. Kita menelantarkannya. Seperti ladang dan kebun anggur yang digambarkan dalam Amsal 24, ditumbuhi onak, tanahnya tertutup dengan jeruju (alang-alang/Alkitab bahasa Indonesia sehari-hari), dan temboknya sudah roboh (ay. 31). Dikatakan dalam pasal tersebut bahwa pemiliknya seorang pemalas dan tidak berakal budi (ay.30).
Semangat yang menyala-nyala di awal pertobatan suatu saat bisa meredup, entah karena kelalaian kita atau karakter lama yang belum sepenuhnya dibersihkan. Salah satunya adalah sikap suka menunda-nunda yang sering dilakukan oleh orang yang malas. Rumput liar yang tidak segera dibersihkan akan tumbuh dengan subur dan berakar kuat, sehingga semakin sulit untuk membersihkannya. Bahkan keberadaan rumput liar itu dapat mengganggu pertumbuhan tanaman yang kita pelihara. Masa depan kita tidak hanya terletak pada keputusan awal, tetapi ditentukan dari bagaimana kita menjalani keputusan itu dalam hidup sehari-hari.
Seperti rumput-rumput liar, dosa-dosa lama kita juga bisa tumbuh kembali karena kelalaian kita. Tanpa penyiangan/pembersihan secara rutin, dosa-dosa itu akan semakin besar dan kembali menguasai hidup kita, mematikan roh yang sudah dibaharui oleh Tuhan Yesus, sehingga kita menjadi pribadi yang buruk seperti saat sebelum percaya Tuhan Yesus.
Memiliki karakter yang benar dan menyenangkan hati Allah memerlukan penyiangan dan penyiraman secara rutin melalui doa, merenungkan Firman Tuhan dan ketaatan pada kehendak-Nya. Salomo menulis, “Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan” (Ams. 4:23). Segala kewaspadaan berarti adanya kedisiplinan, kerja keras dan ketekunan. Tidak mudah bagi orang berdosa untuk melakukan hal itu. Tetapi jika kita setia dan minta pimpinan Roh Kudus, maka kita akan dipakai Tuhan untuk kemuliaan nama-Nya. (agung p./tdm)